Wednesday, April 20, 2011

mutiara di lumpur tetaplah mutiara...


Setelah makan malam, tertarik untuk membaca majalah bulanan Dompet Dhuafa, Swaracinta, yang baru datang tadi siang. Salah satu artikel utama di majalah tersebut berjudul "Pendidikan Gratis untuk Kaum Papa". Artikel ini menarik untuk di-sharing karena adalah suatu kenyataan bahwa pendidikan itu merupakan barang mahal untuk sebagian orang di lingkungan kita. Sebagian orang itu lebih mementingkan anak2nya  keluar rumah mencari uang demi menyambung hidup dibandingkan pergi ke sekolah.

source: seribumasadepan.wordpress.com
Sebagian kita mungkin merasa prihatin atau menaruh empati ketika melihat anak2 berkeliaran di lampu merah atau anak2 yang memikul karung mencari barang-barang bekas. Mungkin terlintas pula dalam pikiran kita, bagaimana anak2 ini jika sudah besar, apakah akan terus hidup dalam kemiskinan tanpa ada harapan untuk hidup yang lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat memotong lingkaran setan kemiskinan. Namun, hal yang penting bukanlah bagaimana menjadi kaya atau miskin, tetapi bagaimana setiap anak mendapatkan pendidikan karena pendidikan adalah hak mereka.

source: IMS' Blog
Saat ini kita bersyukur untuk daerah tertentu, biaya pendidikan dasar (SD dan SMP) bagi masyarakat sudah digratiskan karena adanya dana BOS dari pemerintah. Semoga program pendidikan dasar gratis ini dapat meluas ke seluruh negeri, bahkan tidak hanya sampai dengan pendidikan dasar tetapi hinga pendidikan tinggi pun gratis. Namun demikian, program pendidikan gratis pun masih belum dapat dinikmati oleh sebagian kaum papa. Kesulitan hidup membuat mereka belum menjadikan pendidikan sebagai prioritas bagi anak-anak mereka.

Hal ini yang mendorong beberapa orang yang rela menyingsingkan lengan baju dan terjun menyelenggarakan pendidikan gratis bagi kaum papa. Dalam artikel tersebut disebutkan beberapa sekolah yang ditujukan kepada kaum papa, antara lain: Sekolah Merah Putih di Lebak Bulus, Sekolah Darurat Kartini di Pluit, Sekolah Master (Masjid Terminal) di Depok, SMK Informatika Utama di kawasan Jakarta Selatan. Dompet Dhuafa pun memiliki program Sekolah Menengah Akselerasi Ekselensia Indonesia (Smart EI,) yaitu program yang mewadahi lulusan SD yang tidak mampu tetapi memiliki prestasi dengan masa pendidikan selama 5 tahun.


Kita pasti mengakui bahwa usaha para pendiri sekolah-sekolah tersebut merupakan usaha yang mulia dan patut dihargai. Namun apakah kita hanya berhenti pada titik hanya pengakuan belaka, seharusnya tidak.  Bagaimana caranya? Kita bisa berkontribusi untuk mereka, mungkin dengan menyisihkan sebagian rejeki kita kepada lembaga atau sekolah2 yang memberikan pendidikan gratis kepada kaum papa. Hal yang perlu diingat adalah bahwa sebagian rejeki kita adalah hak mereka, maka kita wajib menunaikannya.

Dengan pendidikan yang baik, semoga anak2 kaum papa mendapatkan ilmu pengetahuan. Siapa tahu diantara anak2 tersebut terdapat anak-anak yang cerdas dan memiliki bakat yang luar biasa. Mereka bagaikan mutiara di dalam lumpur, mari kita angkat mutiara tersebut. Kita letakkan mutiara tersebut di tempat yang layak sehingga aura dan cahayanya terlihat oleh semua. Dengan ilmu pengetahuan tersebut, derajat mereka akan naik sebagaimana firman Allah swt:



"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. al-Mujadalah: 11)

Wa Allahu 'Alam bi As Shawab..





No comments:

Post a Comment