Thursday, April 14, 2011

Jihad cari uang dan orang...


http://www.detiknews.com/read/2011/04/13/153634/1615611/10/jihad-di-nii-cari-uang-dan-orang

Setelah membaca artikel di atas, jadi pengen berbagi pengalaman soal nii...

Aku bersinggungan dengan nii ketika masih di semester I atau II saat kuliah di D3 STAN. Berawal dari perkenalan dengan seorang pemuda (sebut aja mas X) di sebuah Masjid yang mengajak diskusi soal agama. Singkat cerita, dia mengajakku untuk mengikuti pengajiannya sekalian promosi nambah teman dan wawasan. Aku pun mengiyakan bersedia mengikuti pengajiannya  serta menentukan kapan bisa datang ke pengajiannya.

Pertama kali datang ke pengajiannya sedikit bingung karena tempatnya bukan di masjid atau mushola tetapi di rumah petakan (kontrakan). Masuk ke dalam rumah tersebut ternyata sudah ada banyak remaja yang hadir mendengarkan pengajian. Ternyata di sana dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok  yang bagi orang yang pertama kali dan kelompok bagi orang yang sudah beberapa kali gabung ke pengajian tersebut.

Pada saat pertama kali pengajian, kita akan digali seberapa dalam pemahaman kita soal agama. Setelah itu pemahaman kita selama ini akan digoyahkan oleh pemberi materi sehingga kita akan berada dalam kondisi kebingungan. Konsep ketuhanan, jihad dan bernegara menurut mereka akan disodorkan kepada kita dengan diberikan ayat-ayat al quran sebagai pendukungnya. Pada akhirnya mereka menyampaikan tujuan mereka adalah membentuk negara islam indonesia dan untuk itu kita yang baru harus mau berhijrah dari "mekkah" ke "madinah". Karena rasa ingin tahu yang besar apa dan bagaimana kelompok ini, aku masih beberapa kali mendatangi pengajian ini.

Pada pertemuan2 selanjutnya, aku baru merasakan keanehan dalam penyampaian materi. Aku ga pernah sepaham dengan pemaparan pemberi materi dalam menafsirkan ayat2 al quran tertentu. Sampai pada akhirnya, pemberi materi bilang, "kamu ibarat gelas, kamu adalah gelas yang sudah ada isinya, bagaimana saya bisa mengisi gelas itu dengan materi saya. Untuk itu, kamu perlu menumpahkan isi gelas kamu dulu, baru kamu bisa menerima materi saya." Itu yang ga bisa dilakukan dan belakangan aku menyadari bahwa pertemuan2 itu merupakan proses doktrinisasi atau brainwash sehingga  remaja yang mudah diarahkan pemikirannya menjadi terpola sesuai yang diinginkan kelompok tersebut.

Sesuai apa yang dikatakan pak Sukanto dalam artikel pada link di atas, memang kelompok ini mewajibkan untuk menyumbangkan sejumlah uang setiap datang ke pertemuan dan mengajak orang untuk ikut kelompok ini.  Berhubung bukan dari kalangan mampu, setiap diminta sumbangan uang aku cuma bisa nembak aja, ntar besok hehehe tapi untuk beberapa remaja sumbangan ini dijadikan sebagai kewajiban yang harus dipenuhi sehingga mereka kadang harus mencuri uang/barang dari orang tuanya. Hal ini aku ketahui setelah mendapat info dari ibuku yang kebetulan punya teman yang anaknya juga masuk kelompok ini.

Aku juga pernah ngajak teman2 datang ke pertemuan kelompok ini. Tetapi sebelum mereka masuk ke dalam pertemuan, aku sudah menyampaikan apa dan bagaimana kelompok ini. Mungkin karena sama dengan aku dulu, didasari rasa ingin tahu mengenai kelompok ini, teman2ku bersedia ikut mendatangi kelompok ini. Setelah pertemuan, mereka biasanya ngomong, "gw ga mau datang lagi ah, gw takut pin" trus bertanya "kenapa loe masih gabung pin?" aku jawab "gw pengen tau lebih dalam, ntar kalo menyimpang banget, gw pasti keluar lah"

Karena aku sudah beberapa kali datang ke pertemuan, pemimpin kelompokku meminta aku untuk ikut prosesi bai'at dengan membayar sejumlah uang sebagai bukti jihad (lagi2 soal uang). Karena ingin tahu apa itu prosesi bai'at, aku bersedia mengikuti prosesi bai'at tersebut yang membutuhkan waktu menginap semalam. Ternyata prosesinya bersifat sangat rahasia, untuk menuju tempat bai'at, aku harus berpindah-pindah tempat dan berganti kendaraan serta pada akhirnya mataku harus ditutup dengan kain pada saat naik kendaraan terakhir menuju tempat bai'at.

Di tempat bai'at ternyata sudah berkumpul banyak orang, baik remaja maupun orang tua Dari pembicaraan dengan mereka sepertinya mereka sudah terdoktrinisasi. Mereka merasa begitu eksklusif dan merasa benar telah masuk kelompok ini. Dan aku merasa seperti james bond, agen rahasia, yang tengah menyelidiki sesuatu. Memang benar penyataan pak Sukanto, kalo kelompok ini punya jenjang kepangkatan dari lingkup RT sampai dengan level pimpinan tertinggi.

Setelah prosesi bai'at itu, seperti keingintahuanku telah terpenuhi jadi dah ga semangat untuk datang ke pertemuan. Akhirnya aku menemui penyimpangan yang baru aku ketahui selama bergabung dengan kelompok ini. Penyimpangan ini membuatku meninggalkan kelompok ini adalah ketika mereka menyatakan bahwa saat ini adalah masa-masa darurat atau masih dalam kondisi jahiliyah sehingga sholat 5 waktu itu tidak wajib bahkan mereka menghalalkan mengambil harta orang lain yang bukan dari kelompok mereka.

Aku ga setuju dengan mereka dan akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan kiayi masjid dekat rumah. Setelah berkonsultasi dengan kiyai yang aku percaya, beliau menyampaikan bahwa "apabila kelompok pengajian boleh mempunyai tujuan menjalankan seluruh syariat islam di negara kita, itu bagus, tetapi kalau sudah meninggalkan sholat 5 waktu, itu sudah ga benar sebaiknya kamu tinggalkan aja" aku memutuskan tidak lagi mendatangi pertemuan kelompok itu.

Mengetahui aku tidak pernah datang lagi ke pertemuan, mas X terus mendatangi rumahku bersama dengan temannya yang berbeda-beda untuk membujukku kembali datang ke pertemuan. Mereka ingin mengetahui kenapa aku tidak pernah datang lagi dan mengajak diskusi apabila ada hal-hal apa yang membuatku tidak datang lagi. Setiap mereka datang, pada akhirnya aku bilang, "aku ga mau mutusin silahturahim antara kita, kalo mas2 datang ke rumah ini, saya sambut sebagai tamu, tetapi kalo mas2 minta aku datang lagi ke sana, aku minta maaf aku ga bisa."

Mereka ga puas dengan jawabanku dan tetap memaksa untuk datang ke pertemuan. Tanpa sepengetahuanku, ternyata selama ini ibuku selalu mendengarkan pembicaraan kita dan akhirnya ibu keluar dan berbicara dengan mas X dan temannya. Ibuku meminta supaya mereka tidak mengganggu aku lagi dan apabila datang lagi, ibuku akan melaporkan mereka kepada pak RT. Sejak itu mereka tidak pernah datang lagi.  

Pesan moral:

  1. Hati-hati terhadap sesuatu pemikiran yang berbeda atau baru dan jangan mudah begitu saja percaya.
  2. Jangan takut berkonsultasi dengan orang tua atau orang lain untuk mengetahui pendapat mereka.
  3. Banyak baca dan banyak berteman sehingga kita punya wawasan yang luas sehingga dapat melihat sesuatu dari berbagai perspektif.









No comments:

Post a Comment