Thursday, April 7, 2011

My Home

Memiliki rumah sendiri menjadi salah satu target utama saya setelah menikah dan mungkin juga bagi para pasangan muda yang baru memulai hidup bersama. Sebagai pegawai pemerintah tidaklah mudah untuk memiliki rumah sendiri. Sebelum memiliki rumah sendiri, terpaksa jadi "kontraktor" karena ga enak rasanya jika terus tinggal bersama mertua di Pondok Mertua Indah ...

Rumah kontrakan pertama cukup lumayan buat berdua, ada ruang depan (ruang buat segala kebutuhan: ya buat terima tamu, ruang makan bersama,  parkir motor klo malam, dll), ruang tidur dan dapur. Alhamdulillah, dengan keluar dari rumah mertua jadi kepikiran mau beli perabotan sendiri. Sebenarnya selain ingin belajar mandiri, tujuan lain keluar rumah mertua adalah biar proses pembuatan anak pertama kami tidak terganggu :p hehehe

Bosen jadi kontraktor, akhirnya memutuskan untuk membeli rumah sendiri.  Pada waktu itu ada dua opsi yang tersedia, 1) beli rumah di perumahan baru dengan KPR dengan cicilan selama 10 atau 15 tahun; dan 2) beli rumah di perumahan lama dengan KTA dengan cicilan hanya 5 tahun. Berhubung kepikiran ga mau terlilit utang lama2 ya jadinya pilih opsi yang kedua. Dengan uang tabungan yang ada dan bantuan finansial dari bank plat merah (syaratnya beberapa SK harus sekolah), pada tahun 2006, akhirnya kita dapat membeli rumah di pinggiran kota. Dengan renovasi di sana sini, akhirnya rumah yang lama terbengkalai menjadi rumah layak huni. Awal tahun 2009, kita resmi mengisi rumah sendiri setelah beberapa tahun dikontrakkan kepada orang lain.


Doa memasuki rumah baru (latin):  "A'uudzu bikalimaatillahittaammah, min syarrimaa kholaq
Artinya: "Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan makhlukNya ”
Dan semoga menemukan 'baiti jannati' di Rumahku...
  

No comments:

Post a Comment