Saturday, October 26, 2013

Menjelang Kelahiran Anak Putriku...


Awal Hari Bersejarah...

Setiap hari Minggu kami punya kebiasaan menghabiskan waktu bersama di luar rumah. Namun pada hari Minggu, tanggal 20 Oktober 2013, berbeda dengan hari minggu yang lain karena hari minggu tersebut merupakan awal dari hari yang bersejarah bagi The Aripins. Pada hari Minggu itu, kita mampir ke rest area tol tangerang untuk makan siang dan membeli buah belimbing untuk istri serta beberapa DVD film. Saat itu istri sedang hamil 35 minggu dan selama di perjalanan istri sering mengeluh sakit di bawah perutnya. 

Sesampai di rumah ternyata terdapat bercak2 coklat di celana dalam istri dan hal itu membuat dirinya panik. Melihatnya panik aku pun menyarankan agar SMS dokter spesialis kandungannya mengenai kondisinya saat ini. Dan tak lama balasan SMS dari sang dokter pun datang yang berisi, "ketemu di BK (RS Budi Kemuliaan) jam 5 ya"... Saat itu jam menunjukkan pukul 3 sore, butuh waktu 1 1/2 jam dari rumah ke RS tersebut. Sehabis sholat ashar, kami bertiga segera langsung menuju RS Budi Kemuliaan. 

Di Rumah Sakit..

Sesampai di RS BK, kami menuju ke ruang UGD dan menyampaikan kepada suster jaga bahwa kami diminta dokter kandungan untuk datang ke RS BK tersebut. Istri langsung diperiksa oleh suster jaga: dicek tekanan darahnya dan direkam jantung bayi kami. Setelah menunggu cukup lama, dokter kandungan kami datang dan melihat hasil pemeriksaan suster tersebut. Mungkin karena tekanan darah istri tinggi dan masih terdapat bercak/flek2 coklat, dokter meminta agar istri untuk dirawat/diobservasi lebih lanjut. 

Kebetulan istri punya trauma di kehamilan 8 bulan karena pada usia kehamilan tersebut kami kehilangan bayi kami. Aku pikir dirawat merupakan pilihan terbaik buat istri agar lebih tenang dan baik buat kehamilannya. Selama diobservasi, tekanan darah ibu cukup baik meskipun kadang masih suka naik, bercak coklatnya pun sudah menghilang dan rekam jantung bayi kami pun baik. Setelah dirawat dari minggu malam, pada Selasa sore, dokter kandungan berkunjung dan berpendapat bahwa istri boleh pulang tetapi harus senantiasa waspada. Apabila terdapat tanda2 seperti mules2, pusing yang berat, mual dan muntah2, dan tekanan darah naik tinggi, istri harus segera dibawa ke RS lagi.

Keputusan yang sulit..

Selama diobservasi, istri selalu berharap agar bayinya bisa dilahirkan melalui operasi caesar meskipun belum waktunya. Aku bisa memaklumi harapan istri karena trauma yang dialaminya pada kehamilan sebelumnya. Harapan istri berdasarkan pertemuannya dengan seorang ibu yang memiliki bayi prematur yang berat badannya lebih ringan dari bayi yang dikandungnya. Aku menyadari bahwa saat ini sedang menghadapi kondisi yang dilematis. Jika bayi dilahirkan sebelum waktunya, risikonya adalah bayinya tidak siap dan rentan serta kemungkinan akan berlama-lama di inkubator, sedangkan jika menunggu lagi dikuatirkan kondisi istri yang kurang kondusif baik dari sisi fisik maupun psikologisnya sehingga dapat berdampak pula pada bayinya.

Mengingat kita sedang menghadapi hal yang dilematis, pada hari Selasa pagi, aku menyarankan istri untuk berserah diri kepada Allah SWT. Aku ajak anakku keluar dari kamar rawat agar istri dapat ketenangan untuk sholat dhuha dan dilanjutkan sholat istikharah, memohon diberikan petunjuk yang terbaik. Setelah beberapa saat, aku kembali dan bertanya, bagaimana? Istri tampaknya masih ragu dan menjawab masih 50:50. 

Ketika dokter menyatakan bahwa istri boleh pulang, aku menyampaikan kondisi yang dihadapi istri saat ini dengan harapan dokter dapat mempertimbangkan kembali pernyataannya. Aku sampaikan bahwa istri memiliki trauma kehilangan di usia kehamilan yang sama, aku kuatir ketika pulang karena rasa takut kehilangan kembali datang dan jika tiba2 bercak coklat muncul kembali akan membuat istri sangat cemas dan berpengaruh kepada tensi darahnya. 

Dokter tampaknya memahami apa yang aku sampaikan dan akhirnya mengatakan kepada istri yang kebetulan berada di sisinya,"ya sudah nak, besok pagi kita keluarkan bayinya ya.. saya pikir bayinya sudah bisa dikeluarkan karena kemarin sudah dapat suntikan yang mematangkan paru-paru bayi". Perkataan dokter tampaknya menggembirakan bagi istriku, terlihat dari wajahnya yang terlihat tampak lebih tenang.

Sholat malam...

Aku menyadari keputusan untuk melahirkan bayi sebelum waktunya berisiko cukup tinggi.  Aku bilang ke istri, nanti malam kita sholat tahajud memohon agar operasinya besok berjalan lancar dan diberikan keselamatan untuk kamu dan bayi kita. Aku sadar bahwa diri ini bukan termasuk orang yang taat beragama tetapi di saat ini aku sadar bahwa hanya kepada Allah SWT lah tempat kita kembali, mengadu dan memohon yang terbaik.

Di sepertiga malam itu, aku bangun dan membangunkan istri untuk sholat tahajud bersama. Setelah sholat tahajud dan diakhiri dengan sholat witir, aku pun berdoa yang diamini oleh istri.. (sebagian doanya)

Ya Allah,
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dzat yang penuh dengan kasih sayang...
lindungi lah istri hamba dan bayi kami ...
berikanlah kemudahan dan keselamatan bagi keduanya...

Ya Allah,
Engkaulah Sang Khalik, Maha Kuasa dan Maha Sempurna
sempurnakanlah kejadian bayi hamba..
sempurnakanlah penglihatannya..
sempurnakanlah pendengarannya..
sempurnakanlah panca inderanya yang lain..
sempurnakanlah fisiknya sehingga bayi hamba dapat tumbuh sehat dengan normal...

Ya Allah, kabulkanlah doa kami... aamiin..

------------------




No comments:

Post a Comment