Setelah sekitar dua jam berada di pesawat, berangkat dari Jakarta, akhirnya sampai juga kaki ini di tanah Banjarmasin, tepatnya di Bandar Udara Syamsudin Noor. Sesuai penugasan, aku akan berada di Banjarmasin selama 3 hari. Waktu yang cukup untuk menyelesaikan penugasan dan sekedar jalan-jalan di kota Banjarmasin.
Selama di Banjarmasin, aku menginap di hotel swiss-bell yang letaknya cukup menarik karena berada di sisi anak sungai Barito. Dari informasi yang aku peroleh, Banjarmasin itu katanya dulu dikenal sebagai kota seribu sungai seperti kota venice di Italia. Namun, perkembangan kota Banjarmasin justru membuat banyak sungai-sungai mengecil bahkan menghilang menjadi jalan-jalan.
Agenda pertama sebelum penugasan dilaksanakan adalah mengunjungi Pasar Terapung Muara Kuin, di sungai Barito. Pasar Terapung merupakan salah satu ikon wisata di Banjarmasin. Keunikan pasar ini adalah pasar berada di batang sungai dan baik pedagang maupun pembelinya melakukan transaksi dari perahunya masing-masing.
Untuk ke pasar terapung, kami harus berangkat pagi sekali karena berdasarkan informasi bahwa pasar terapung hanya ada di pagi hari dan tidak berlangsung lama dari selepas subuh hingga pukul 07 pagi.
Untuk ke pasar terapung, kami harus berangkat pagi sekali karena berdasarkan informasi bahwa pasar terapung hanya ada di pagi hari dan tidak berlangsung lama dari selepas subuh hingga pukul 07 pagi.
Lokasi Pasar Terapung yang cukup jauh dari lokasi hotel membuat kami harus berangkat sebelum subuh dari hotel. Pukul 04.30 pagi waktu setempat kami dijemput dan berangkat dari hotel menuju dermaga tempat perahu yang akan mengantar kami ke pasar terapung. Sekitar 15 menit pun kami telah sampai di dermaga tersebut dan ternyata di sana terdapat masjid yang bersejarah. Aku pun berkesempatan untuk menjalankan sholat subuh berjamaah di masjid bersejarah tersebut, Alhamdulillaah..
Masjid Sultan Suriansyah...
Pasar Terapung Muara Kuin..
Setelah sholat subuh, kami pun berangkat ke Pasar Terapung dengan menyewa sebuah perahu. Selama kurang dari 30 menit kami menelusuri anak sungai Barito melewati beberapa jembatan dan akhirnya bertemu dengan sungai Barito yang sangat besar menurutku. Ini merupakan pengalaman pertama kali buatku menaiki perahu di sungai yang sangat besar ini. Aku cukup menikmati perjalanan selama di perahu, melihat matahari yang baru terbit, melihat bagaimana kehidupan masyarakat di pinggir sungai di pagi, merasakan udara pagi di sungai yang cukup dingin menerpa wajahku.
Sarapan pagi di Pasar Terapung cukup berkesan buatku. Hal yang unik dari sarapan pagi ini adalah kita harus menggunakan tongkat yang ujungnya terdapat paku untuk mengambil kue-kue yang kita inginkan. Cukup banyak pilihan kue-kue untuk sarapan yang disediakan oleh pedagang. Selain perahu yang menjajakan kue-kue, banyak pula perahu-perahu kecil yang menawarkan buah-buah, sayur mayur dan suvenir misalnya topi pandan. Sesekali beberapa perahu kecil menghampiri perahu kami, mereka menawarkan dagangan mereka. Aku kagum melihat seorang ibu dengan dayung mengayuh perahu kecilnya memutari perahu-perahu di pasar menawari dagangannya. Setelah mencoba kue-kue yang dijajakan, perahu kami beralih ke perahu yang menyediakan Soto Banjar. Kata teman, rasanya kurang lengkap jika ke pasar terapung tidak menyicipi Soto Banjar.
Setelah dari Pasar Terapung kami tidak langsung kembali ke dermaga tempat kami berangkat semula. Namun kami menuju ke Pulau Kembang, sebuah daratan kecil (sebuah delta menurutku) yang berada di tengah-tengah sungai. Daratan tersebut ditumbuhi oleh pohon-pohon yang lebat dan tinggi serta dihuni oleh sekumpulan monyet. Berdasarkan informasi, jika air pasang maka daratan tersebut akan tergenang oleh air. Saat kami ke sana, daratan tersebut tidak sedang tergenang sehingga perahu kita pun dapat menepi di pulau tersebut. Untuk sebuah tempat wisata, menurutku pulau kembang nampak tidak terawat dengan baik tapi mungkin keberadaan sekumpulan monyet yang menjadi daya tarik pulau kembang ini. Agar lebih aman, ketika berada di pulau kembang sebaiknya minta ditemani oleh sukarelawan pawang monyet. Pawang monyet tersebut biasanya memegang bambu/kayu kecil yang berguna untuk mengusir monyet-monyet yang kadang bersifat agresif jika diberi makan kacang.
Lontong Orari..
Pada malam hari, kita menyempatkan untuk berwisata kuliner di kota Banjarmasin. Salah satu tempat makan yang terkenal di Banjarmasin adalah Lontong Orari di jalan Pahlawan, Kampung Melayu. Berdasarkan info, tempat makan ini sering didatangi oleh artis-artis ibukota yang sedang berkunjung ke Banjarmasin. Tempatnya tidak terlalu istimewa tapi memang lontongnya yang berbeda dengan lontong di Jawa. Lontong di sini berbentuk segitiga besar utuh dan dapat ditambah dengan ikan gabus, telor atau ayam tergantung selera pengunjung. Aku pikir jika berkesempatan berkunjung ke Banjarmasin, sebaiknya datang dan cicipi lontong orari ... maknyuss pokoknya :)
Martapura..
Sebelum kembali ke Jakarta, kami menyempatkan diri berkunjung di kota yang terkenal dengan perhiasan batu berlian dan batu-batu alam, Martapura. Kota Martapura berjarak 45 Km di sebelah timur kota Banjarmasin dan butuh kurang lebih satu jam perjalanan. Kesan pertama dari kota ini menurutku, kota ini cukup religius. Di lokasi pasar berlian dan batu-batu alam tersebut, tampak berdiri tiang-tiang yang berukiran surat Al-Fatihah.. Subhanallah...
Masjid Sultan Suriansyah...
Masjid bersejarah tersebut adalah Masjid Sultan Suriansyah yang berada di sisi anak sungai Barito dan terbuat hanya dari kayu-kayu dengan ornamen khas banjar.
Setelah sholat subuh, kami pun berangkat ke Pasar Terapung dengan menyewa sebuah perahu. Selama kurang dari 30 menit kami menelusuri anak sungai Barito melewati beberapa jembatan dan akhirnya bertemu dengan sungai Barito yang sangat besar menurutku. Ini merupakan pengalaman pertama kali buatku menaiki perahu di sungai yang sangat besar ini. Aku cukup menikmati perjalanan selama di perahu, melihat matahari yang baru terbit, melihat bagaimana kehidupan masyarakat di pinggir sungai di pagi, merasakan udara pagi di sungai yang cukup dingin menerpa wajahku.
Pulau Kembang...
Lontong Orari..
Pada malam hari, kita menyempatkan untuk berwisata kuliner di kota Banjarmasin. Salah satu tempat makan yang terkenal di Banjarmasin adalah Lontong Orari di jalan Pahlawan, Kampung Melayu. Berdasarkan info, tempat makan ini sering didatangi oleh artis-artis ibukota yang sedang berkunjung ke Banjarmasin. Tempatnya tidak terlalu istimewa tapi memang lontongnya yang berbeda dengan lontong di Jawa. Lontong di sini berbentuk segitiga besar utuh dan dapat ditambah dengan ikan gabus, telor atau ayam tergantung selera pengunjung. Aku pikir jika berkesempatan berkunjung ke Banjarmasin, sebaiknya datang dan cicipi lontong orari ... maknyuss pokoknya :)
Sebelum kembali ke Jakarta, kami menyempatkan diri berkunjung di kota yang terkenal dengan perhiasan batu berlian dan batu-batu alam, Martapura. Kota Martapura berjarak 45 Km di sebelah timur kota Banjarmasin dan butuh kurang lebih satu jam perjalanan. Kesan pertama dari kota ini menurutku, kota ini cukup religius. Di lokasi pasar berlian dan batu-batu alam tersebut, tampak berdiri tiang-tiang yang berukiran surat Al-Fatihah.. Subhanallah...
Alhamdulillaah, diberi kesempatan mengunjungi kota Banjarmasin. Ada mitos di sana, siapa yang minum air banjar, maka tidak lama orang tersebut akan datang kembali ke banjar.. Insya Allaah :)